Wednesday, 6 May 2015

[Muse] S.T.A.L.K.E.R

#np Stalker - Hyorin (ft. Madclown)


Aku hanya duduk dan melihat layar ponselku.

난 너를 원해
Aku menginginkanmu,

Satu notifikasi mengenai dirimu.


너만 원해 

Aku hanya menginginkanmu,

You're just engaged to a woman. Aku memperhatikan fotomu satu persatu yang menunjukkan betapa bahagianya harimu belakangan ini.


니가 미워도 
Walaupun aku membencimu,

Kau pasti benar-benar mencintai wanita ini, ya, Nate ?

가슴속에 
Di dalam hatimu,

Berkali-kali aku mencoba untuk melupakanmu sebagaimana kau telah melupakanku, namun hasilnya tetap sama.


기억 속에

Di dalam memorimu,

Sampai kapan aku hanya bisa melihat kebahagiaanmu dari kejauhan seperti ini ?


I wanna be your only love 

Aku hanya ingin menjadi satu-satunya yang kau cintai,

Nathaniel Moyers.


솔직히 말해  너만 원해 

Jujur saja aku hanya menginginkanmu,

Aku mengucapkan namamu di dalam hati dan perasaan itu muncul kembali.


눈물이 나도 

Walaupun airmata ini muncul,

Ya, airmata ini mengalir deras saat memanggil namamu. Berkali-kali kucoba untuk memanggilmu, kau tidak akan pernah datang ke hadapanku.


어쩔 수 없어

Aku tidak bisa menahannya,

Nate, beritahu aku bagaimana bisa menghapus perasaan ini, air mata ini.


없어

Tidak bisa,

I’m feeling like I stalk and love...



*****


Kenyataan bahwa Nate akan segera melangsungkan pernikahan dan begitu banyak pesan-pesan selamat di akun miliknya semakin membuatku tidak bisa bangun dari kenyataan. Bahkan untuk bangkit dan berdiri dari kasur saja aku merasa benar-benar berat.
@Yirumooo: @NateMoyers Congratulations, bro ! I knew it from the beginning that you two are destined to be together.

Apa yang harus kulakukan sekarang ? Turut mengucapkan selamat kepadanya ?

Bahkan aku sudah tidak tahu lagi apakah kedekatan kami sudah cukup menjadi alasan untukku mengucapkan selamat kepadanya. Aku yakin dia bahkan tidak lagi mengingatku. Tidak ada orang yang mampu mengingat seluruh detail-detail sejak kecil hingga sekarang. Dan lagi, dia memang tidak ingin mengingatku seperti aku yang selalu mengingatnya.

Berkali-kali aku mencoba menenangkan pikiran, tetapi semuanya terasa salah. Semua ini tidak bisa kupahami, seolah-olah aku terlalu berharap bahwa ini hanyalah mimpi. Tetapi tidak ada yang salah dengan mataku dan persepsiku. Yang salah hanyalah hatiku yang tidak bisa menerima kenyataan.

"Kylie ? What's wrong ?" tanya Anastasia sambil mengejutkanku.

Aku menutup semua aplikasi di ponsel dan menaruhnya di meja sambil dimatikan. Dengan cepat aku tersenyum kepadanya sambil menggeleng. Aku baru ingat bahwa kami sedang menunggu seseorang datang di cafe ini. Anastasia memintaku untuk menunggu bersamanya selagi menunggu orang ini.

" Hey, hon," seseorang menghampiri Anastasia dan duduk di sampingnya. Akhirnya aku bertemu dengan kekasih Anastasia, sahabat lamaku yang sudah cukup lama tidak kutemui.

Oh, wait...

"Kylie, perkenalkan ini calon suamiku,"

Aku melihatnya. Ini tidak benar-benar nyata, kan ? Seseorang yang sedang berada di depanku ini benar-benar...

"Nathaniel Moyers," ucapku tidak sadar.

Anastasia terkejut saat aku mengetahui siapa dia, dan akhirnya Nate tersenyum kepadaku, "Hi, Kylie," dia nampak cukup tenang saat mengetahui bahwa aku dan Anastasia saling kenal.

Sejujurnya, aku belum siap dengan kondisi ini. Belum sempat aku merencanakan skema yang baik untuk mengucapkan selamat kepadanya, kini aku harus menghadapi kenyataan bahwa tunangannya adalah sahabat lamaku sendiri.

"So... How could you two know each other ?" tanya Anastasia tiba-tiba.

Aku melihat Nate secara diam-diam, dan dia juga memperhatikanku, hingga akhirnya aku merasa benar-benar kikuk.

"Ehm... Aku..." aku tidak bisa menjawab dengan benar bukan karena berusaha menutupi sesuatu, tetapi karena mulutku begitu kaku untuk berbicara.

"Kita satu sekolah saat SD dulu, dan kita cukup sering satu kelas, ya ?" Nate mencoba mengkonfirmasi.

"Ya, kita sering satu kelas," jawabku sambil mengangguk.

"Aku sudah memesankan minuman untukmu," Anastasia menyerahkan secangkir mocha latte yang tadi dipesannya kepada Nate.

Apa dia serius ?

Nate melirik isi cangkir tersebut dan aku melihat senyumannya terasa getir.

"He's allergic to milk, An," jawabku.

Oops... Apa yang kau lakukan Kylie ?

Nate cukup terkejut saat aku mengucapkan hal itu. Tetapi hal dasar mengenai alergi kekasihnya sendiri saja Anastasia tidak bisa mengetahuinya, bagaimana bisa mereka bertunangan secepat ini ?

"I remembered it. Kau satu-satunya yang alergi susu setelah aku dulu, kan ?" aku mencoba mencari-cari alasan.

"Ya, aku alergi susu terutama susu sapi," jawab Nate.

Dia menatapku aneh. Aku yakin dia mulai meragukan alasanku. Aku juga tidak mengingat jelas apakah dulu dia sudah memberitahu semua orang bahwa dia alergi susu atau tidak, karena informasi itu adalah hasil jerih payahku sendiri.

Nate, aku tahu semua tentangmu. Kesukaan, hobi, minat, alergi, penyakit yang kau derita, semua hal penting mengenai dirimu aku mengetahuinya dengan jelas. 

"Bagaimana kau bisa menikah dengannya kalau hal seperti itu saja kau tidak tahu ?" aku mengucapkannya. Tentu saja dengan tawa agar An menyangka itu hanya lelucon.

Tiba-tiba dering ponsel Anastasia berbunyi. Setelah selesai menjawab telepon itu, dia berkata bahwa dia harus kembali ke kantor sebentar karena suatu urusan. Dia memintaku dan Nate tetap disini selagi menunggunya kembali.

Aku menghela napas panjang-panjang, berusaha mengatasi kecanggungan ini. Aku dan Nate akhirnya hanya berdua saja. Entah sudah hampir 20 tahun lamanya kami tidak berbicara empat mata seperti ini.

Mungkin ini adalah kesempatan terakhir untukku.

"Aku tidak ingat pernah memberitahumu bahwa aku alergi terhadap susu dulu,"

Kali pertama selama 20 tahun terakhir ini akhirnya aku bisa melepas rasa rinduku, dia merusaknya dengan membuatku panik luar biasa.

Aku menghela napas lagi. Berusaha menenangkan diriku sendiri di sekitar Nate adalah hal tersulit yang kulalui selama aku hidup.

"Jadi kau akan menikah sekarang ?" aku mencoba menghapus kecanggungan.

Nate mengangguk. Dia nampak begitu yakin dengan Anastasia. Aku mengakui kecantikan dan kecerdasan Anastasia mampu memikat banyak hati pria, tetapi pesonanya itu... Bagaimana aku bisa jelaskan, dia memiliki kebiasaan buruk terlebih dengan kebiasaan hidupnya yang urakan dan tidak bisa perhatian dengan sekelilingnya. Dia salah satu dari orang yang merasa bahwa seluruh dunia berputar di sekitarnya.

Mengetahui siapa sebenarnya Anastasia membuatku berpikir bahwa Nate berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada sahabat lamaku itu.


"Bagaimana kalau kita bermain game, permainan yang dulu sangat populer di sekolah, kau ingat tidak ?" tanyaku. "Guess me?" aku mengucapkan judul permainannya.


"Ya, aku masih ingat permainan itu,"


"Kalau kau bisa menebakku dengan benar, kau boleh bertanya kepadaku mengenai Anastasia apapun, bagaimana ?"


Nate menyetujuinya. Aku memulai dengan diriku sendiri.


"Warna favoritku ?"


Nate berpikir pelan-pelan, "Pink ?" aku menggeleng. " You only have 2 attempts anymore," balasku. "Biru ?" aku menggeleng lagi. "Emas ? Semua wanita suka emas !" aku menggeleng lagi.


"Tidak bisakah kau melihat pakaianku ? Sejak dulu sampai sekarang aku hanya suka hitam," dia kalah.


"Baiklah, bagaimana kalau kau menebak warna favoritku ?" tanyanya.


"Seriously ? Tidak ada yang lebih menantang lagi ?" pertanyana yang begitu mudah. "Kalau aku bisa menjawabnya dengan benar, kau harus menjawab pertanyaanku dengan sejujur-jujurnya, ya ?" aku memastikan terlebih dahulu. "Cokelat,"


Sudah kubilang aku mengetahui segala hal tentang dirinya. Permainan ini sebenarnya berpihak kepadaku. Nate mengakuinya dan bertanya bagaimana aku bisa tahu.


"Sekarang jawab pertanyaanku, apa yang membuatmu yakin menikahi Anastasia ?"


"It's obviously because i love her,"


"Bukan jawaban yang seperti itu, maksudku... seperti... entahlah karena dia cantik... atau... alasan apa yang membuatmu yakin bahwa Anastasia adalah jodohmu diantara wanita lainnya ? Ayolah, aku tidak berpihak ke Anastasia atau kepadamu, aku hanya... penasaran,"


"Aku benar-benar mencintainya hingga aku tidak memiliki pilihan lain selain memilikinya seutuhnya," dia mengucapkan kata itu dengan mata penuh pesona dan tampak serius sekali.


Jawaban itu. 


Kylie, you're hurting yourself, you know ?


*****

"Kylie?" seseorang memanggilku dari belakang. Aku berbalik dan melihat Nate-lah yang memanggilku. Bertemu di suatu hari Minggu di sebuah toko buku terdengar sangat kebetulan, bukan?

Well, sebenarnya kejadiannya tidak seperti itu. Aku tahu Nate selalu pergi ke toko buku ini setiap hari Minggu siang. Selama ini dia tidak pernah sadar kalau aku mengikutinya karena dia tidak pernah ingat denganku. Tetapi karena belakangan ini dia kembali mengenaliku, aku tidak bisa lagi mengikutinya seperti biasa rupanya.

"Nate?" aku berpura-pura terkejut. "Kau sedang mencari buku juga?" tanyaku penuh kepalsuan.

"Ya, ada satu buku yang ingin kubaca. Kau juga suka membaca?" tanyanya kembali.

Aku hanya mengangguk-angguk karena aku tidak mau dia tahu kalau aku tidak tertarik dengan buku-buku tebal ini. Kalau aku berkata kalau aku tidak suka membaca, lalu mengapa aku bisa disini?

"Dimana Ana?" tanyaku.

"She's home. Dia tidak terlalu suka disini jadi aku selalu datang sendirian,"

Bodoh, kalau dia tidak bisa berbagi hobi denganmu, mengapa kau ingin sekali menikahinya? Katakan saja kalau kau sudah terpikat dengan penampilan fisiknya.

"Bagaimana kalau kita lanjut berbincang-bincang sambil makan siang?"

Oh my God... He asked me ?

"Sounds good," balasku, tersenyum. Dia tidak tahu betapa bahagianya aku di dalam hati.

Nate menawarkan makanan Italia dan aku langsung menyetujuinya. Aku bersedia makan dimanapun asalkan bersamanya. Karena spesialisnya adalah pizza, Nate mengajakku untuk sharing dan aku kembali mengangguk-angguk saja. Is it real? Are we having lunch together?

"Kau pernah menghubungi teman-teman sekolah kita dulu? Aku tidak punya kontak mereka sama sekali," tanya Nate sambil mengunyah pizza-nya.

"Aku punya beberapa kontak mereka tetapi tidak ada yang pernah kuhubungi satupun. Entahlah, mereka kelihatan sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing,"

"But it feels good to meet you again, Kylie," dia tersenyum sambil mengucapkan namaku.

"Me too," Nate tidak tahu seberapa keras usahaku untuk menutupi kegugupanku saat ini. Aku mencoba untuk bertingkah senormal mungkin sekarang.

"Your number?" dia mengeluarkan ponselnya dan memintaku untuk menuliskan nomorku untuk disimpan. Setelah itu dia juga memberikan nomornya kepadaku.

Aku tidak tahu sudah berapa banyak keberuntungan yang kuhabiskan hanya untuk bisa sedekat ini dengannya. Can i even spend my lucks to have him?

"Bagaimana denganmu, Kylie? Apakah kau sudah memiliki kekasih?" tanyanya.

"Aku? I'm still single," jawabku.

"Mengapa? Apakah laki-laki di sekitarmu terlalu bodoh untuk mengabaikanmu?"

"Aku menunggumu menikah lebih dahulu baru setelah itu giliranku,"

Eh? What did i just say?

Aku melihat Nate yang sudah nampak bingung mendengar ucapanku.

"Maksudku," aku hampir tersedak. "Kau urusi saja pernikahanmu dahulu karena aku masih belum tertarik untuk hubungan-hubungan serius,"

Nate akhirnya tersenyum dan nampak mengerti, "You have to find your one man soon,"

Can't it be you, Nate?

No way... Kylie, you have to wake up. Look at you and him now. 

So close but still so far...

"Mengapa kau tertawa, Kylie?" tanyanya.

Ah, aku tidak sadar rupanya aku terlalu terjebak di dalam pikiranku sendiri dan mengabaikannya. Mungkin... Mungkin pada akhirnya aku tidak akan pernah bisa di sampingmu lebih dekat dari sekarang. Kalau kenyataannya seperti itu, 

How about going crazy now?

"Because of you,"

"Me?"

"Yeah, you..."

"Why me?"

"You told me to find one man while the only man that i want the most is you,"

"What do you mean?" tanyanya.

Ya, Kylie... You have nothing to lose...

"The only man that i ever love is you," jangan pernah buat topik ini menjadi candaan, Kylie. Tetap serius. Kumohon, tetap serius.

"Kylie,"

"No Nate. I mean it. Being here with you, having lunch together, talking to each other is always my dream for a long time,"

"But Kylie, you are Ana's best friend,"

"So what? We met first. I found you first,"

Nate tidak berbicara apa-apa.

"Sorry," aku tidak pernah sadar bahwa aku sedang membuatnya berada di posisi yang sulit. "But please let me finish what i said,"

"I know everything about you. Everything, even the smallest thing. Aku sangat yakin tidak ada yang lebih mengerti tentangmu selain aku. I love you to this extent. Sounds creepy, huh? Well, i don't mind it if you called me that because i am. I loved you for years, but how come you chose Ana over me. I still don't understand. If you just know how i feel, can you change your heart?" 

Aku bisa melihat Nate tidak berkata apa-apa. Ini adalah yang terburuk dari seluruh momen di dalam hidupku. Aku dapat melihat lebih dalam bahwa Nate mungkin akan pergi dalam hitungan detik dan tidak pernah berhubungan lagi denganku. Mungkin aku juga akan dicoret dari daftar tamu undangan pernikahannya nanti sebagai "creepy girl".

"Mengapa kau tertawa, Kylie?" tanyanya.

Rupanya semua itu, mimpi buruk itu hanya ada di pikiranku.

"No, nothing..."

Aku mungkin mampu bernapas lega sekarang. Tidak akan sekalipun aku melakukan hal bodoh seperti tadi. Kalau memang aku tidak akan pernah bisa mengutarakan perasaanku, aku tidak peduli.

Memang pada akhirnya, aku hanya bisa melihat dan menikmatinya dari kejauhan...