Saturday 24 January 2015

Intermezzo #1

Have you ever wished to have amnesia for a particular memory ?

Aku membuka mata perlahan dan melihat ke langit-langit. This is the reality. Aku mencoba bangun dari tidurku dengan berat hati. Perlahan aku mencoba mengumpulkan kesadaranku lagi.

Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi tetapi suasana hatiku sudah begitu buruk. Semalaman aku menangis dan kantung mataku menghitam dan bengkak. Aku masih bisa mengingat semuanya dengan jelas.

Episode final dari serial yang kutonton sama sekali menyebalkan bagiku. Selama setengah jam awal, aku dibuat menangis tiada henti. Seolah merasakan kesedihan yang nyata, aku menghabiskan air mataku sambil meraung-raung tidak bisa menerima kenyataan. Tiba-tiba di menit akhir, semuanya berubah. Aku merasa dibodohi. Selama 6 season, aku begitu kesal bukan main telah menyia-nyiakan air mata ini karena sang heroine mendapatkan happy ending.

Happy ending yang tabu. Aku seharusnya layak melihat sang heroine bahagia lebih lama lagi. Come on, i waited for it like forever. Dan kenyataannya, scene berakhir tepat disaat dia mulai merasakan happy ending.

It's so unfair. Ini adalah episode terakhir dari serial yang berarti aku tidak akan bisa melihat kelanjutannya lagi. Tidak adakah episode spesial atau... terserah apapun itu.

Kehidupanku akhirnya terombang-ambing. Setiap aku bangun, rasanya semangat itu hilang. Aku benar-benar merindukan serial itu hingga kupikir aku bisa menciptakan imajinasiku sendiri untuk menghidupkan karakter tersebut.

Tetapi kenyataannya, aku tidak bisa. Yang aku butuhkan adalah season baru, dan itu mustahil.

Menonton dari awal benar-benar percuma. Aku tidak suka mengulanginya karena sebelumnya sang heroine masih belum berubah karakternya. Lagipula aku juga sudah tidak akan puas dengan ceritanya karena aku sudah tahu dengan jelas.

Then, it felt like i was on the edge of my life.

Aku tidak bisa melakukan apapun untuk memuaskan dahaga ini.

Dan akhirnya,

Dengan bodoh aku berharap,

Bahwa aku bisa menghapus memoriku tentang serial tersebut lalu menontonnya kembali. Akhirnya aku akan jatuh cinta lagi dengan serial tersebut dan menikmati dengan sangat antusias.

Ah... Right...

The one that i desired was the thrill of anticipating the stories and falling in love with the plot, exactly like the first time...

Thursday 1 January 2015

Last Page of 2014

Aku membuka lembaran baru di sebuah kertas usang dan menipis setelah lembaran-lembaran yang penuh dengan kenangan terlewati. Aku menatap dalam-dalam lembar kosong di hadapanku.

It's the end of the pages.

Aku berpikir keras dan menarik memoriku setahun belakangan ini. Di lembar terakhir ini, seharusnya aku merekap semua kehidupanku di tahun ini, tetapi tidak ada satu konklusi yang berhasil kutangkap.

Dear diary. I'm still me, and i think that's not a great point. I'm still loving the same man without having any progress about him. I'm stil hating myself for being coward towards him. There is nothing different from me even after these years.

I haven't been on a diet, never putting a make up, or any effort for being prettier than ever. I'm still the old i am. I just got a deeper obsession of food and it's killing me.

All i know is that i'm lost and nobody has offered me a hand. Loneliness is the summary of my life this year. I thought it would be great, but this year just gave me a shit on my face.

I hope the next year would be nice...

Aku menutup buku tersebut, lalu diam. Pikiranku tidak sedang memikirkan apapun, sama sekali hingga aku mulai meresapi keheningan.

Well, at least my writings were not really bad as i thought...