Wednesday, 6 May 2015

[Muse] The Day Will Come, Dear

#np Propose by Noel


Aku menarik kencang dasi dan merapikan penampilanku sekali lagi. Pikiranku kosong sejenak dan terserang panik luar biasa.

Keep calm...

Untuk mengabaikan kekacauanku, aku memandangi langit di musim semi. Mengapa cuaca hari ini begitu cerah namun sejuk? Apakah aku memilih waktu yang sangat tepat untuk hari yang sangat penting seumur hidupku ini?

Mungkin setelah aku memandangi jam tanganku lebih dari 3 kali, seseorang menghampiriku. Gadis dengan one piece dress biru muda dan rambutnya yang tergerai lurus ini berbicara kepadaku,

"Apakah kau sudah menunggu lama?"

Aku menggeleng. Aku menunggunya hanya karena aku datang jauh lebih cepat dari janji. Tiba-tiba saja setelah melihatnya yang nampak jauh lebih cantik dari yang biasa kulihat, aku kembali panik. Sesuatu terasa mencekik leherku, sehingga aku merenggangkan kembali dasi yang kukenakan.

"Mengapa kau rapi sekali hari ini?"

Aku memperhatikan diriku sendiri.

Apakah rencanaku sudah dapat ditebak? Apakah kali ini aku sedikit over dressed? Apakah seharusnya aku mengganti pakaian terlebih dahulu dengan yang lebih casual daripada tuxedo ini?

"Nanti malam aku ada meeting penting. Jadi kupikir aku tidak perlu pulang dahulu dan ganti baju lagi,"

Gadis itu tersenyum dan nampak sedikit tertawa.

"Sebuah tuxedo untuk undangan pernikahan bertema garden party... Hmm..."

"Sydney," aku memanggil nama indahnya. "Apakah aku terlalu berlebihan?" Tanyaku.

"No, it's really fine," jawabnya dengan senyuman lebar miliknya yang sangat khas. Saat melihatnya, aku begitu ingin menyimpan senyuman itu selamanya.

Hari ini salah satu teman lamaku dan juga Sydney menikah. Karena aku sudah mengenal teman ini lebih dari 15 tahun, aku merasa sangat perlu untuk bertemu dengannya. Sydney juga tidak sabar untuk melihat teman-teman sesama alumni sekolah dasar kami di acara pernikahannya.

Sesaat setelah berada di lokasi resepsi, Sydney langsung menghampiri teman-teman wanitanya. Tidak lama, aku juga bisa melihat teman-temanku dahulu. Mereka semua sedang mendiskusikan sesuatu.

Mereka semua membawa pasangan masing-masing, dan aku merasa asing sendirian.

"Jadi, kapan kau akan menikah?" Pertanyaan yang terlalu awam sekali.

Kali ini, aku menjawab dalam senyum, "Hari ini, aku akan melamarnya,"

Mereka semua berkata bahwa pantas saja pakaianku terlalu berlebihan hari ini. Pada saat aku menjawab pertanyaan siapakah yang akan kulamar, mereka sama-sama terkejut.

"Sydney? Kau serius?" Tanya mereka.

Aku tidak kebingan dengan reaksi mereka. Karena sebenarnya, Sydney dan aku tidak memiliki hubungan khusus apapun kecuali sahabat sejak kecil. Aku memang sudah menyukainya sejak dahulu, dan semua orang selalu berkata bahwa Sydney juga menyukaiku. Meskipun begitu, aku tidak pernah membawa hubungan kami selangkah lebih maju selain sekedar sahabat.

Mereka bilang aku cukup nekat untuk langsung melamarnya begitu saja.

Tetapi, kemungkinan itu memang ada. Kalau memikirkan peluang dia akan menerimaku, aku cukup percaya diri walaupun  aku bertaruh besar dengan kemustahilan.

We're at the golden ages for getting married.



Sekali saja, aku ingin melakukan hal gila yang mungkin akan kusesali nantinya. Aku ingin mengumpulkan seluruh perasaan dan semangatku untuk malam ini. Aku ingin Sydney secara resmi menjadi milikku.

Setelah pesta berakhir, dia memintaku untuk langsung pulang.

"Katamu kau ada meeting malam ini, kan?"

Matahari sudah mulai menghilang, dan aku baru sadar kalau waktuku semakin dekat untuk melamarnya. Aku tidak pintar berakting, apalagi berbohong di depannya.

"Aku harus bertemu dengan seseorang, sebentar saja, kau bisa menunggu, kan?"

Setelah melihat anggukannya, aku menyetir ke sebuah taman. Tempat ini adalah sumber kenangan kami. Aku tidak tahu apakah dia masih mengingatnya, dulu kami sering sekali bermain disini.

Disinilah pula aku pernah melamarnya. Walaupun tidak secara resmi karena saat itu kami masih sangat kecil, sekarang aku akan melakukannya dengan sepenuh hati.

"Sudah lama sekali aku tidak kesini. Kau ingat tidak kita sering sekali bermain disini?" Tanya Sydney saat duduk di sebuah bangku kayu sebelahku.

Aku mengangguk-angguk cepat dan terserang panik untuk kesekian kalinya. Aku berharap semua rencana ini berhasil dan berjalan mulus.

"Jadi siapa yang ingin kau temui disini?" Tanyanya.

Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum getir. Aku akhirnya bangkit dan memintanya untuk menungguku.

Sydney setuju dan aku segera menghilang dari pandangannya.

It's showtime now.

Seorang anak kecil menarik Sydney dan memintanya untuk ikut dengannya. Dia membawa Sydney menuju tengah-tengah taman dimana aku sudah menunggunya disana.

"Ada apa ini?" Tanyanya.

Dia memperhatikan dekorasi taman yang dipenuhi lilin bertebaran. Dan sebuah layar terkembang di depannya, perlahan menampilkan sebuah film.

I couldn't express how blessed i am meeting you in my life,
You're the best thing i ever had, a mature woman with a mind of little girl that i used to know.

Lalu selanjutnya menunjukkan foto-foto lama kami dalam bentuk slideshow. Hebatnya, foto-foto yang sangat terbatas dan usang tersebut dapat tampil menarik.

Do you still remember that day, when i asked you to marry with me, 20 years ago?

Aku memperhatikan Sydney yang menatap layar sambil menutup mulutnya. Air mata mulai menetes dari matanya.

I like you from the first time of our meeting.

Kepalaku tegak menatap wajah gadis itu. Seluruh kepercayaan diriku harus terkumpul dan menciptakan momen paling penting ini berjalan lancar. Segera setelah musik terdengar, aku mulai bernyanyi.

Apakah aku sudah memberitahu bahwa kemampuan menyanyiku sangat bagus?

기다리란 말만 하면서 외면했죠 오랜시간
Aku memintamu untuk menunggu tetapi mengabaikanmu...

조금 기다리면 그 때가 올거라고 우 Someday
Menunggulah sebentar lagi... hari tersebut akan tiba... someday...

그대 원하는 그 말을 다 알면서
Aku tahu apa yang ingin kau katakan...

얼마나 오래 기다린 줄 알면서
Aku tahu seberapa lama kau telah menunggu...

이제야 말 하네요
Tetapi aku akan memberitahumu sekarang...

You don''t have to cry...

울지 말아요 고개 들어봐요 이젠 웃어봐요
Jangan menangis, angkat kepalamu dan tertawalah...

I will make you smile...

행복만 줄게요 언제나 그대 곁에서 영원히
Aku akan memberikan kebahagiaan di sampingmu selamanya...

Don''t be afraid 모두 잘 될거예요
Don't be afraid, semuanya akan baik-baik saja...

고마워요 이런 날 믿고 기다려 준 그대 My love
Terima kasih sudah menunggumu... my love...

미안하단 말보다 먼저 하고픈 말 으음~ 있죠
Sebelum aku meminta maaf, aku ingin berkata...

그대에게만 전해주고 싶은 말
Aku ingin mengatakan hal ini...

하지만 결국 하지 못했던 그 말
Tetapi aku tidak bisa mengatakannya...

나와 결혼해줘요
Maukah kau menikah denganku?

Berhasil... Aku berhasil menyanyikannya dengan indah...

Aku berjalan mendekati Sydney, lalu berlutut di depannya. Sebuah kotak kecil berisi cincin yang khusus untuk momen ini perlahan kubuka, dan sekali lagi aku bertanya kepadanya,

"Sydney, will you marry me?"

Ketika aku melihat Sydney, matanya terpaku pada kotak kecil tersebut. 

"Why did it take you so long?" nadanya menunjukkan amarah dan kekesalan. Aku cukup terkejut. "I might slap you for making me wait," dia menyeka air matanya dan langsung mengambil cincin tersebut.

"How can I say no?" balasnya lagi.

You know what? It doesn't matter how much time has passed to wait, as long as your heart is already sailed to someone, the day will come...