Kalaupun ada seseorang yang berkata memahamiku, mereka tidak tahu apa artinya itu. Bagaimana semua ini bagiku, bagaimana aku melihat semua dalam persepsiku sendiri.
Terkadang aku merasa peperangan ini seperti aku melawan seluruh dunia. Dicari ke ujung bagian manapun, tidak ada yang bisa bersekutu denganku.
Aku bertahan pada sebuah pijakan batu kecil dan menopang diriku sendiri. Selagi mereka semua berjalan dan bergerak, aku diam tak bersuara. Hanya bayanganku yang mengekori gerakan mereka.
Perlahan, beberapa menghampiriku dan bertanya-tanya. Tembok besar menghadang mereka dan jawabanku selalu sama.
Diam. Tertawa palsu dan kembali diam. Mengalihkan pembicaraan kalau memang dibutuhkan. Karena semua orang suka membicarakan diri sendiri, maka berikan pertanyaan mengenai kehidupan dan masalah mereka.
Tembok itu tidak akan runtuh. Untuk sekian lamanya, tembok itu kokoh berdiri melindungiku. Pijakanku masih berada pada tempatnya. Aku, sekali lagi akan selamat dari arus mereka.