Thursday 29 August 2013

[One Shot] A Letter To You...


Kau masih ingat kali pertama kita bertemu, suatu hari di bulan Juli 1998 ?

Atau apakah kau masih ingat kali terakhir kita berpisah dan tidak bertemu lagi, di sebuah hari kelabu pada bulan Februari 2005 ?

Aku mengingat semuanya. Sekecil apapun setiap kenangan yang bisa kucoba untuk mengingatnya, aku mengingatmu di dalam benakku.

Apakah kau mengingatku sama seperti aku mengingatmu ? Apakah kau juga tetap bertahan dengan semua memori yang pernah kita miliki dan berharap waktu kembali menyatukan kita ?

Aku tahu jawabanmu. Tanpa perlu bertanya, aku bisa merasakannya.

Semua perasaan dan memori ini hanya berlaku untukku. Begitu banyak kenangan yang kau berikan kepadaku, dan menunggumu tidak pernah sesulit yang mereka pikirkan.

Hingga saat ini aku tetap menunggumu.

Mengapa ?

Karena aku tahu suatu saat nanti kita akan bertemu kembali.



Kau selalu terbayang di benakku di kala aku berdoa kepada Tuhan. Entah disengaja atau tidak, kau hidup di dalam pikiranku. Kau tinggal dan memenuhi seluruh bayang-bayangku.

Bertahun-tahun aku menunggumu, dan kini kau nampak nyata. Aku bisa melihatmu dari kejauhan, menikmatimu, dan mengagumimu. Aku bisa merasakan keberadaanmu hanya dengan satu sentuhan.

Namun, aku berpaling. Berhenti untuk sementara, langkahku mulai goyah.

Aku menunggumu, menunggu selama itu, tetapi apakah kau pernah sekalipun memikirkanku? Pernahkah kau melakukan apa yang selama ini kulakukan terhadapmu, walaupun hanya di mimpimu saja ?

Aku selalu tahu jawabanmu, dan kini aku mulai berpikir secara sehat. Kau tidak bisa membalas perasaanku. Kau tidak akan menggubrisku.

Apakah kenangan yang selama ini terlintas di benakku hanyalah karangan semata ?

Apakah perasaan yang sejak dulu kurasakan ini berdasarkan sesuatu yang nyata ?

Apakah aku tidak mengada-ada tentangmu ?

Kalau begitu, mengapa kau dingin terhadapku ? Mengapa kau melihatku sebagai seorang asing dan sama sekali mengacuhkanku ?

Dimana dirimu yang selama ini kubayangkan ? Kemana perginya pria itu ?

Aku tidak mengenalnya lagi. Kau bukan pria yang hidup di benakku. Kau berbeda dengan pria itu.

Lalu siapa yang ada di benakku ini, dan apa yang harus kulakukan ?

Aku menginginkanmu,, melebihi apapun. Selama bertahun-tahun penantianku, aku tidak pernah fokus dengan yang lain selain dirimu. Keinginanku tetap jelas dan itu adalah engkau.

Kalau sekarang aku berhenti menunggumu, lalu apa arti dari semua ini ?

Kau membiarkanku menunggu seperti orang bodoh, dan kau melupakanku semudah itu.

Aku tidak pernah membayangkan hal lain selain bersamamu kembali. Aku tidak pernah siap untuk kemungkinan terburuk ini.

... Aku harus melupakanmu ...

Semudah itu ? Semudah itukah aku dapat melupakan seseorang yang berkeliaran di pikiranku selama bertahun-tahun ?

Seseorang yang menjadi jawaban di setiap pertanyaan-pertanyaan ambigu mengenai cinta. Seseorang yang menjadi alasanku menolak orang lain untuk masuk di kehidupanku. Dan seseorang yang mampu memberikan senyuman dan semangat hanya dengan sebuah bayangan saja.

Aku hidup dan tumbuh bersama dengan perasaan ini. Kau bagaikan salah satu dari banyak akar yang kokoh di pohon kehidupanku. Menghapusmu sama saja mematikan pohon itu.

Dan maafkan aku, karena aku tidak bisa melupakanmu.

Kabari aku saat kau mengingatku, entah dalam kondisi apapun. Di saat pernikahanmu, mungkin ?

Di saat kau tersenyum kepada seorang wanita paling beruntung di dunia ini karena mendapatkanmu, aku akan berada di sana. Aku akan mendatangi kalian dan menyalamimu. Aku ingin berterima kasih kepadamu, memohon maaf, dan memberikan restuku kepadamu.

Terima kasih karena telah mewarnai hidupku selama ini, memberikan senyuman di kehidupanku walaupun hanya dengan mengingat kenangan kita. Kenangan yang hanya untukku seorang.

Maaf karena aku telah melepasmu. Maaf karena aku tidak akan bisa melupakanmu. Maaf karena aku tidak pernah berusaha untuk memperjuangkan perasaanku ini. Itu semua karena aku takut. Aku takut kau bukanlah pria yang selama ini kutunggu. Pada akhirnya aku tahu sesuatu, tetapi kau tidak perlu tahu, mungkin kau juga tidak peduli lagi kepadaku.

Dan kalian telah mendapatkan restu dariku. Semoga pernikahan kalian berbahagia. Semoga kau mendapatkan kebahagiaan sebagaimana yang kau inginkan. Aku hanya ingin melihatmu berbahagia, entah siapapun yang melakukannya meskipun bukan aku sekalipun.

Aku tidak akan menyesali apapun. Kalau kau memang ditakdirkan untukku, semua ucapan terima kasih, maaf, dan restu itu tidak akan pernah terucapkan. Tetapi kini aku sudah siap dengan segala resikonya. Tidak ada yang akan kusesali lagi.

Tetapi jangan pernah bertanya apa yang akan kulakukan kalau akhirnya aku mengucapkan semua itu. Melupakanmu ? Yang benar saja. 

Mencari pria lain ? Dimana aku bisa menemukan pria yang mampu membuatku mencintai lebih besar dibandingkan denganmu ?

Kau tidak perlu tahu dan mempermasalahkan semua itu. Aku juga tidak pernah berharap hari itu akan terjadi, karena jauh di dasar hatiku, aku percaya bahwa kau ditakdirkan untukku.

Ataupun kalau memang aku salah, tidakkah Tuhan merasa iba kepadaku yang selalu memohon-mohon dirimu, memilikimu di setiap doaku ?

Kuharap kau membaca tulisanku ini. Kuharap kau bisa menyadari keberadaanku yang terlupakan olehmu. Kalau kau masih tidak bisa membalasku hari ini, bisakah engkau, kumohon, ucapkan satu hal kepadaku,

"Selamat tinggal, kalau kita rupanya memang tidak berjodoh, dan sampai jumpa lagi, kalau Tuhan menakdirkan kita bersama,"

Dengan senyumanmu, senyuman seorang anak kecil yang biasa kulihat dahulu dan mata yang telah lama memerangkapku ?

Karena hanya dengan cara itu aku akan tetap berusaha untuk menunggumu, hingga aku mengetahui rencana Tuhan yang sebenarnya.

Salam,


------- end of story -------


I'm back!!!
This one is really special story, for me personally.

Secara garis besar, cerita ini tentang semacam surat kaleng untuk seorang pria yang selama ini dia tunggu. Salah satu alasan dia tetap bertahan untuk menunggu pria ini adalah karena kenangan yang gadis itu miliki bersama pria yang dia cintai itu terlalu indah, dan dia telah terbiasa untuk mencintai pria itu. Meskipun, dengan banyak kondisi yang sebenarnya gadis itu tidak mungkin mendapatkan hati si pria. Si gadis tidak tahu apakah si pria itu lupa atau bagaimana, apakah cintanya bertepuk sebelah tangan atau tidak, yang jelas dia ingin tetap bertahan untuk menunggu kedatangan pria itu.

Is it called "sweet" or "coward" ???

Well, happy reading^^