Tuesday 10 June 2014

[One Shot] The Unspoken Word

Aku melihatmu menangis di hadapanku. Tetapi langkah ini ragu untuk menggapaimu.

Suaramu yang sendu dan raunganmu... Tanganmu yang terlalu sibuk menyeka air mata yang terus mengalir, dan bahumu yang bergetar...

Katakan kepadaku, apakah yang terjadi kepadamu ?


Kau melihatku dengan kedua mata itu, yang menyiratkan duka mendalam. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini.

Tetapi, saat kau mulai berbicara, aku bisa melihat sebuah senyuman yang nampak di wajahmu. Terukir begitu indah seakan aku bisa merasakan hal yang sama.

Kau mengucapkan hal yang terlalu aneh untuk kudengar dan kau katakan.

Pada akhirnya kau mengucapkan betapa bersyukurnya dirimu karena memilikiku yang selalu bersedia menemanimu. Kau mengungkapkan rasa terima kasihmu karena aku telah menerima segala keluh kesahmu. Dan kau berkata bahwa aku tidak boleh meninggalkanmu.

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Tetapi disaat kau memelukku, aku benar-benar bahagia. Tubuhmu yang hangat memberiku suatu kekuatan.



Kau datang kepadaku dan kita saling bertatapan. Kau melihatku seakan aku adalah dirinya, pria itu. Kau melakukan hal ini setiap kali kau merindukannya. Terkadang, kau menitipkan salam untuk pria itu. Ah... Aku lupa namanya. Kau sering mengucapkannya tetapi aku tidak bisa mengingat nama itu. Seorang pria brengsek yang kau kagumi setiap saat kau bercerita kepadaku. Seorang pria kurang ajar yang membuatmu menangis dan tersenyum sekaligus. Dan seorang pria bajingan yang begitu buta hingga tidak mampu melihat keberadaanmu.

Aku tidak muak mendengarmu membicarakannya. Aku hanya kesal disaat kau menganggapku sebagai pria itu. Kau tahu aku bukanlah pria itu. Ah ! Kini aku ingat namanya. Daniel. Kau sering memanggilku dengan nama Daniel walaupun namaku bukanlah itu. Mungkin kau tidak tahu bagaimana perasaanku, tetapi aku tidak mempermasalahkannya.

Selama kau masih melihatku, selama kau masih membutuhkanku,

Aku rela menjadi Daniel untukmu.

Aku rela mendengarkan semua ceritamu dan menyimpannya sebagai rahasia berdua.


Kau senang mendengarkan lagu dan menyanyikannya. Kau melihatku dan mengajakku menari bersama. Dan aku langsung tahu bahwa kau memikirkan Daniel, kau merindukannya.

Disaat kau mendatangiku dan menggenggamku, aku juga mengerti bahwa kau masih merindukannya. Perlahan kau akan menangis karena pria itu lagi dan lagi.

Kumohon, bisakah kau berhenti menghabiskan air matamu untuk seseorang yang sama sekali tidak memperhatikanmu ?

Aku memang bukanlah yang kau tunggu kehadirannya.

Kau juga hanya menganggapku sebagai pengganti dirinya.

Tetapi hanya itulah permohonanku.

Aku selalu mendoakanmu untuk tidak lagi menangis karena pria brengsek itu. Aku selalu berharap bahwa kau akan menemukan seorang pria yang memperlakukanmu jauh lebih baik dibandingkan Daniel. Dan kau akan datang kepadaku dengan cerita yang bahagia. Dengan senyuman dan tawa.

Karena aku mencintaimu.

Karena aku mencintaimu, maka aku menginkanmu untuk bahagia.




From: Your Teddy Bear.

***