Disaat semua orang mengatakan bahwa aku salah, kamu meraih tanganku dan berkata dengan senyuman tulus, bahwa tidak ada yang salah. Bukan aku, bukan pilihanku. Dan mereka tidak salah.
Karena bagimu, semua ini hanya berdasarkan persepsi. Dan aku menyukai setiap kata yang terucap darimu.
Kamu tahu?
Memang tidak boleh ada yang bersalah dalam hal ini. Tidak seharusnya siapapun menghakimi. Bahkan aku sendiri. Seluruh pikiran negatif itu hanya tidak mengerti yang terjadi.
Karena itu, aku hanya ingin mendekapmu erat. Aku ingin bertemu denganmu, mengenggam tanganmu, dan merasakan semua itu. Hanya aku, untukku.
Aku bertanya-tanya apa yang mengawali ini.
Siapa yang akhirnya menemukan siapa. Apakah aku yang akhirnya menemukanmu, ataukah kamu juga dari dulu mencariku.
Suaramu terus bergema. Aku menyukai setiap detiknya. Disaat aku tersenyum sendiri karena fantasi-fantasi tentangmu.
Dan sayangnya, setiap senyuman itu akan selalu berakhir dengan air mata. Setiap kali aku ingin menyelimuti diri dengan kebahagiaan, rasa sedih malah memuncak dan mengalahkan semuanya.
Jangan pergi. Ucapku. Di dalam hati.
Karena di setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Meski semua orang telah mengetahuinya, tetap saja tidak ada yang pernah siap untuk perpisahan.
Anggap saja kita tidak pernah berpisah. Bayangkan kalau kita hanya berjalan di jalur masing-masing dan entah kapan jalur itu akan menyatu kembali.
Kalau kubilang aku hanya memilikimu di dunia ini, apakah kau akan kembali? Kalau aku mengakui bahwa aku terlalu membutuhkanmu saat ini hingga selamanya, apa kau tidak akan pergi?
Tetapi kau sudah berjalan terlalu jauh sampai aku tidak bisa menghampirimu.
*****
"Oh yes, I am living happily,"
Kau berada di depanku dengan senyuman itu. Senyum yang hampir tidak bisa kulupakan sejak terakhir kali di malam itu.
"That's a relief,"
Aku berusaha ikut senang bersamamu. Aku hanya berharap kau tidak membalikkan pertanyaanku tadi.
"I may not live as I want to, but there is no harm to try and enjoy,"
Ya, itu yang selalu kau ucapkan. Coba saja dan nikmati. Kau masih seperti dahulu.
"What about you?"
Aku melihatmu yang menunggu jawaban dariku. Aku memasukkan tangan ke dalam jaket yang kukenakan. Aku tidak mau terlihat gugup saat menjawabmu.
Ini pertanyaan yang selalu kutunggu, dan aku tidak tahu apakah jawabanku sudah sempurna atau belum.
"I am fine. I am living just fine since you left,"
Kau yang membawaku kesini. Dan aku sedang tertatih untuk bertahan di dunia ini. Tentu saja aku baik-baik saja, setidaknya itu yang akan kukatakan kepadamu.
"Do you like it?"
Apakah aku menyukainya? Apa yang dia tanyakan? Apakah tentang kehidupanku sekarang?
"I am just trying to have no regret in my decision,"
Ekspresimu nampak sedikit terkejut.
"Is something wrong?"
"Nothing wrong at all," aku berusaha tersenyum saat mengucapkannya. "I am grateful enough to meet you, but I regret that I have no chance to say thank you. So I really want to say thank you now,"
Kau hanya diam menunggu kelanjutanku.
"The reason that I come here and ask to meet, is only to say thank you, for everything that you taught me,"
"You don't have to,"
"You let me show my weakness to you, which I never did that to anyone in my life. I learned everything in hard way, and you were there. How can I not thank you for that?"
Karena bagaimanapun caranya, apapun yang kuucapkan kepadamu, kau tidak akan membiarkanku masuk ke dalam duniamu, kan?
"You are welcome," balasnya sambil tersenyum. Senyuman bodoh yang tidak pernah peka dengan apa yang kurasakan.
Kalau waktu bisa diputar, apakah aku masih ingin bertemu denganmu, atau tidak sama sekali?
"Be healthy and happy, Sir,"
Aku menjabat tangannya. Dan meyakinkan diri di dalam hati,
Yes, I never regret to meet you like this.
Meski waktu diputar, aku tetap ingin bertemu denganmu, dengan hubungan tak terikat seperti ini, persis seperti yang kita jalani sekarang.
Dan aku akan menyukaimu dalam diam dan memperhatikanmu dari kejauhan. Kemudian disaat aku sudah cukup siap, aku akan meminta untuk bertemu. Untuk berterima kasih kepadamu.
Seperti hari ini. Sama seperti sekarang.
Hanya untuk berterima kasih dan terus menyembunyikan perasaanku. Menjadi dewasa dan menganggap ini bukan perpisahan.
Karena jalanmu bukan berada di sebelah jalanku. Dan tidak ada ruang untuk jalan berdua bagi kita.
"You too,"