Aku terkejut saat melihat Sam berada di depan
pintu rumahku. Dia tersenyum, dan tangannya tampak menyembunyikan sesuatu. Apakah
itu untukku ?
“ Selamat ulang tahun !” dia mengeluarkan
sesuatu dari balik punggungnya.
Astaga ! “ Saaaaaaam !!!!!” teriakku saat dia
sudah pergi dengan tawa kencangnya. Dia baru saja mengotori halaman depan
rumahku dengan sampah plastik. Sialan ! Dia mengerjaiku. Aku tidak
berulang-tahun hari ini. Dia jelas-jelas sedang iseng.
“ Suzie, bagaimana kado ulang-tahun dariku ?
Mengejutkan, bukan ?” dia baru kembali setelah beberapa detik, ketika aku
terpaksa memungut sampah-sampah tersebut.
“ Sialan kau ! Kau menambah pekerjaanku di
pagi buta begini !” aku memeriksa jam dinding di dalam rumah dan sadar bahwa
sekarang masih jam 6. Di Minggu pagi begini dia sudah mengerjai orang,
benar-benar kurang kerjaan anak ini.
Dia hanya tertawa, namun ikut memungut hasil
keisengannya. Setidaknya dia memiliki tanggung jawab, itu cukup bagus.
*****
“ Hei, halo Suzie…” dia menyapaku dengan nada
siap mengolok-olok. Aku membuang muka kepadanya.
“ Suzie, kau marah kepadaku ? Ah, memangnya
apa salahku ?” dia senang sekali menggangguku.
Aku memasuki restoran tempatku bekerja,
memakai seragam kerja, dan berdiri di depan kasir. Namun Sam ada disana,
menungguku dengan tidak sabar. Aku melihatnya, ini belum waktu buka restoran.
“ Kau tidak pergi kerja ?” tanyaku.
Dia menggeleng. “ Kalau begitu bisakah kau
pergi ke tempat lain saja ? Aku mau kerja, Sam…”
“ Jangan begitu, Suzie. Kau tahu kan ini
menarik untukku,”
“ Apa yang menarik ?”
“ Mengganggu kerjamu,” dia terkekeh puas
sekali.
*****
“ Ah, bagaimana ini,
Suzie ?” gadis ini nampak bingung, namun tingkahnya aneh.
“ Ada apa sih ?”
tanyaku.
“ Aku baru saja
mengatakan dengan keras bahwa aku menyukai Sam, dan tidak kusangka Sam ada
disana juga. Aku tidak sadar, tetapi sepertinya Sam mendengarnya,”
“ Lalu ? Apa
masalahnya ?” tanyaku sambil menikmati makan siangku.
“ Aku malu, Suzie !!!”
namun wajahnya nampak berseri-seri. “ Belakangan ini aku sering meng-sms-nya
pula, kalau begini kan ketahuan aku memang menyukainya !”
Dan kali ini aku
merasa terganggu. Namun belum sempat aku mengungkapkan rasa terganggu tersebut,
Sam lewat didepan kami. Kantornya berada di lantai 44 gedung Flaxon, sedangkan
restoran kami berada di sebelah gedung tersebut, kadang pegawai kantor sering
makan siang di restoran kami. Melihat Sam melintas itu bukan hal aneh lagi.
Sam berhenti, dan raut
wajahnya menjadi berbeda saat melihat Ghia—yang dari tadi mengoceh. Dia
tersenyum kaku, lalu berjalan lagi. Apa maunya ?
Sekali lagi, saat aku
dan Ghia sudah selesai dengan shift
kami, Sam datang dan bertanya kepada Ghia, “ Kau sudah makan malam ? Mau makan
malam bersamaku ?”
Ghia otomatis
mengangguk sambil tersipu. Mereka berdua pergi tanpa pamit lebih dahulu
kepadaku.
Apa ini ? Karena Sam
tahu Ghia menyukainya, makanya dia seperti itu ? Apakah kau menyukai Ghia juga,
Sam ? Mengapa Sam, si jahil itu malah mengabaikanku, padahal sebelumnya dia
tidak pernah sekalipun membiarkan waktu kosongku santai sama sekali.
Ketika hal mulai
berubah, aku malah merasa tidak nyaman sama sekali. Bukan karena apa-apa, hanya
karena… aku khawatir akan apa yang bakal terjadi… Karena aku menyukaimu Sam…
*****
Kedekatan Ghia dengan
Sam semakin intensif. Orang-orang akan berkata bahwa mereka berpacaran, hanya
saja kelihatannya Sam tidak pernah menegaskan hal itu. Dan semakin dekat Sam
dengan Ghia, semakin renggang jarak antara aku dengan Sam. Aku benar-benar
kesal dengan Ghia, tetapi aku tidak bisa mengungkapkannya.
Setiap Sam datang ke
restoran, dia tidak lagi mencariku. Ghia seperti sudah menjadi prioritasnya.
Dan, berbeda sekali, tujuan Sam tidak pernah untuk menjahili Ghia seperti apa
yang dia lakukan kepadaku.
“ Suzie, ini…” dia
menyerahkan sebuah kotak hitam dengan pita pink yang manis.
Aku menerimanya,
seraya berkata, “ Kau menitipkan kotak ini untuk Ghia ?” tanyaku.
Sam tidak berkata
apa-apa, malah tersenyum malu. Jawabannya sudah terbentuk dengan sendirinya.
“ Ya, baiklah, akan
kuberikan kepadanya,” ucapku.
“ Terima kasih, ya,
Suzie !” dia melambaikan tangannya dan segera pergi.
“ Kalau aku ingat…”
gumamku saat memastikan dia sudah pergi.
*****
Hari ini hari ulang tahunku.
Hari ini ulang tahunku !
Sam sudah datang
pagi-pagi ke rumahku. Aku membuka pintunya dan menyambutnya. Dia menyembunyikan
sesuatu di balik punggungnya, dan senyumnya yang khas menempel lekat.
“ Suzie, maaf, aku
sedang buru-buru jadi aku malah mengganggumu pagi-pagi begini…” ucapnya.
“ Kau pasti datang
untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, bukan ?” ujarku riang.
Dan sesuatu terjadi.
Senyumnya menghilang sekitar beberapa detik, dan digantikan dengan senyum yang
berbeda, kesan yang sangat berbeda.
“ Ah… Selamat ulang
tahun !” ucapnya, tetapi tidak kelihatan sangat tulus. “ Ehm… Ini untukmu !”
dia mengeluarkan sebuah kotak hitam dengan pita pink yang sama seperti
sebelum-sebelumnya. Namun kali ini ukurannya agak lebih besar.
Aku merasa sesuatu
nampak aneh. Hadiah ini tidak kelihatan seperti untukku. Ini untuk Ghia. Bukan
untukku. Sam selalu menitipkan hadiah seperti ini berkali-kali sebelumnya.
Sudah jelas, seharusnya ini bukan untukku, ini untuk Ghia.
Dan satu hal lagi, Sam
melupakan hari ulang tahunku.
“ Ah, terima kasih,”
jawabku agak suram.
“ Suzie, aku
buru-buru, maaf ya, aku pergi dulu,” dia kedengarannya kaku, dan lemas.
Belum sekitar 5
langkah Sam pergi, aku memanggilnya. “ Sam !” dia berhenti, dan aku
menghampirinya. “ Hadiah ini seharusnya untuk Ghia, kan ? Aku tahu ini bukan
untukku,” lalu aku menyerahkan hadiah itu kepadanya lagi, “ Kau saja yang
menyerahkannya. Kalau kau benar-benar menyukainya, mengapa kau tidak
menyerahkannya saja sendiri ?” lalu tanpa mau mendengar apapun lagi, aku segera
pergi.
“ Suzie !” panggilnya,
namun aku tidak mau melihatnya lagi. Aku tidak sanggup menatapnya lagi.
Selama ini aku sudah
tahu, Sam tidak pernah melihatku sebagai seorang wanita. Seluruh perhatian yang
diberikannya kepadaku bukanlah karena dasar ketertarikan atau apapun itu.
Mungkin, awalnya dia memang menyukai Ghia yang seorang teman kerjaku. Dia
melihatku yang kelihatan cukup bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan info
mengenai Ghia, sekaligus mencari kesempatan kalau-kalau bertemu dengannya disaat
dia berpura-pura mencariku. Tetapi semua itu berubah ketika dia juga tahu bahwa
wanita yang selama ini disukainya ternyata menyukainya juga. Buat apa dia
menggunakanku lagi kalau begitu. Dia juga sudah tidak seharusnya malu-malu
mengungkapkan perasaannya dan menggunakanku sebagai perantara.
Tidak tahukah kau
bahwa aku menyukaimu juga, Sam ?
Aku tidak bisa
melakukan semua hal yang kau minta, apalagi yang bersangkutan dengan Ghia.
Kalau aku memang kau anggap sebagai teman saja, aku juga tidak bisa. Lebih baik
aku menghilang darimu, selamanya. Aku tidak bisa membayangkan aku melihatmu
bersama Ghia, temanku. Dan mengetahui bahwa kau tidak bisa kumiliki semakin
membuatku ingin menghapusmu.
Apakah selamanya aku
tidak akan memberitahumu mengenai perasaanku ini ?
“ Suzie !” panggil Sam
lagi.
Akhirnya aku
membalikkan tubuhku, “ Kau sudah tahu dia menyukaimu juga, mengapa kau masih
malu-malu seperti ini ?” ucapku, dan memalingkan wajahku. Aku tidak mungkin
menunjukkan kesedihanku didepannya.
Tidak ada lagi suara
dari Sam. Sampai aku masuk ke rumah, Sam tidak lagi memanggilku. Aku ingin
sekali melihat apakah dia masih di luar atau memang sudah benar-benar pergi.
Mungkin dia memang mendengarkan kata-kataku dan menyerahkannya langsung kepada
Ghia. Oh Tuhan… Apakah itu artinya aku yang membantu hubungan mereka ?
Aku tidak mau menangisi seseorang yang tidak akan pernah
memikirkanku.
Tetapi terlambat.
Bayangan dirinya yang tidak akan lagi
bersamaku, menjahiliku, atau mencari-cariku telah memaksaku untuk menitikkan
air mata. Ya, pagi itu di hari yang seharusnya begitu istimewa telah diawali oleh mimpi buruk yang seolah menjadi kenyataan.