Wednesday 5 February 2014

[One Shot] What Would You Do?

Apa yang akan kau lakukan...

Apabila kau memiliki seseorang yang kau cintai, di dalam hatimu...

Apa yang akan kau lakukan...

Ketika kau mengetahui bahwa dia sudah bersama dengan orang lain...

Apa yang benar-benar akan kau lakukan?

Apakah kau akan diam saja, memendam perasan itu sendirian?

Ataukah kau akan menyatakannya secara terang-terangan, mengakhiri cinta sebelah pihakmu?

Lalu...

Ketika kau telah mengakhirinya, apakah kau akan berusaha merebutnya atau kau akan tetap diam tanpa berusaha mengubah apapun?

*********************************

Kau harus tahu seperti apa Selena.

Kulitnya cukup gelap, kemerah-merahan namun cerah. Rambutnya berwarna hitam pekat dengan potongan lurus berponi. Dia lebih suka rambutnya dikuncir kuda namun menurutku dia lebih nyaman ketika rambutnya tergerai begitu saja. Matanya berwarna coklat kemerahan. Dan yang paling memukau dari semua itu adalah senyumannya. Dia memiliki senyuman yang akan memaksa orang lain ikut tersenyum. Sebuah perasaan magis darinya yang berasal dari senyuman yang juga mampu memikatku.

Dan kini aku berada tepat di hadapannya. Mengagumi betapa seyumannya mampu membuatku tersenyum pula. Mungkin dunia sudah tahu bahwa aku menyukainya melalui caraku melihatnya. Tetapi Selena tidak terlihat menyadarinya.

Aku duduk hanya berdua dengan Selena di sebuah kafe. Segelas smoothies yang dipesannya dan segelas mochaccino milikku di atas meja. Aku yang mengajaknya pergi ke kafe ini dan dia menyetujuinya.

Pikiranku sedang bergulat dibalik keheninganku. Aku ingin segera mengakhiri perasaanku ini. Aku tidak tahan ingin memberitahunya.

Tetapi rupanya hari ini bukanlah hari yang baik. Selena sedang membicarakan seorang pria yang disukainya. Namanya Philip. Mendengar hal itu aku mengurungkan niatku. Tidak mungkin aku memberitahunya hari ini.

Mungkin sudah berkali-kali upayaku untuk memberitahunya gagal. Aku tidak tahu apakah seharusnya aku memberitahunya atau tidak. Seakan-akan Tuhan sedang menahanku berbicara. Mungkin akan ada waktu yang lebih tepat dari hari ini.

Dan disinilah aku. Di depannya lagi, untuk kesekian kalinya. Tanpa senyuman di wajahnya, hanya senyuman tipis dariku untuk memulai detik-detik yang sudah kutunggu-tunggu ini.

Kau bertanya mengapa aku masih berada disampingmu walaupun sifatmu buruk? Mengapa aku masih setia menjadi sahabatmu?

Aku juga tidak habis pikir mengapa, pada awalnya.

Tetapi lambat laun aku mulai mengerti. Aku mulai bisa memahami alasannya.

Aku mencintaimu, Selena.

Aku tahu meskipun saat ini kau sudah bersama dengan Philip, aku tetap ingin memberitahumu.

Mungkin kau terlalu bodoh untuk menyadarinya atau terlalu pintar menyembunyikannya, kau seharusnya tahu aku mencintaimu sejak awal.

Gadis itu hanya diam. Entah terkejut atau sudah menyangka hal ini. 

Aku sudah tahu sejak lama kau menyukai Philip, dan sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahukan hal ini.

Tetapi apakah kau tidak tahu apa yang kurasakan, memendam perasaan ini sejak lama dengan seseorang yang hampir setiap hari bertemu?

Aku tidak tahan melihatmu seperti ini. Philip memarahimu karena dia menyayangimu, dia menginginkan yang terbaik untukmu. Tetapi aku berada di sisimu. Apapun pilihanmu aku akan tetap  memihak kepadamu. Seburuk apapun pandangan orang mengenaimu, kau tetaplah dirimu. Kalau kau menyukai hal itu, mengapa kau berusaha membencinya.

Meskipun aku sudah mengutarakan perasaanku ini, apakah kau akan menerimaku?

********************

Gadis itu terdiam di hadapanku, entah apa yang dipikirkannya.

Aku melihatnya. Caranya untuk berusaha memahami, atau bahkan mengumpulkan hasrat untuk bertanya-tanya.

"Lalu apa yang gadis itu jawab, kek?"

Alena, satu-satunya cucuku bertanya sambil diatas pelukanku.

"Dia hanya menundukkan kepalanya. Kakek tahu dia tidak menyukai kakek sama seperti yang kakek rasakan saat itu. Lalu pada akhirnya kakek tetap berada di sampingnya sampai dia yang menghilang dengan sendirinya,"

"Philip itu... Bagaimana dia? Apakah dia lebih baik dan lebih tampan dari kakek?" Tanya Alena.

"Philip memang baik dan tampan, dia pantas mendapatkan Selena pada saat itu dibandingkan kakek,"

"Tetapi kalau aku menjadi gadis itu aku pasti akan memilih kakek," Alena memelukku.

"Kalau dia memilih kakek, kau tidak akan lahir dan memelukku seperti sekarang ini, sayang," aku membalas pelukannya.

"Lalu bagaimana dengannya sekarang? Apakah dia masih bersama Philip? Apakah kakek tidak akan sebahagia sekarang?"

"Alena... Apakah kau tahu mengapa kakek mengutarakan perasaan kakek pada saat itu?"

Gadis mungil itu hanya menggeleng.

"Suatu saat nanti kau akan merasakan jatuh cinta. Bagaimana kau akan merasa begitu menyukai seseorang tetapi kau tidak yakin pria itu menyukaimu atau tidak. Setiap hari kau merasa tercekat, hatimu kelu, dan satu-satunya cara untuk lepas dari penderitaan itu adalah dengan mengutarakannya. Jangan pedulikan apakah dia akan menyukaimu kembali atau tidak. Tetapi pedulikan apa yang terjadi jika kau berhasil lepas dari cinta sebelah pihakmu. Setidaknya kalau kau tahu dia tidak menyukaimu juga, kau bisa melepasnya dengan ikhlas,"

Alena memelukku lagi. "Dan kakek sekarang bahagia bersama nenek, walaupun dia bukanlah cinta pertama kakek?"

Aku membalas pelukannya sambil tersenyum bahagia.

"Ya, kakek bahagia sekali sekarang..."