"You must be
joking," aku langsung menutup telepon dan mengintip keluar jendela.
Daniel sudah berada dibawah sana sambil melambaikan
tangannya kepadaku.
Dia sudah memiliki dua tiket konser New Era, band indie yang
begitu kusukai. Well, aku menyukainya
juga karena vokalisnya super tampan dan hot.
Aku sendiri baru mengetahui konser tersebut belakangan ini,
dan semua tiketnya laku keras. Walaupun masih indie, band ini memang sudah
memiliki fans sendiri.
Aku keluar dan menemui Daniel. Dengan cepat aku
merampas tiket tersebut dan tidak percaya bahwa dia berhasil mendapatkan first row.
"Bagaimana bisa?" Tanyaku, masih terkejut.
"Rahasia," jawabnya sambil mengedipkan mata.
“Ini tiket asli, kan?” tanyaku.
“Tidak, ini aku cetak sendiri,” dia berusaha melucu.
“Jokes-mu makin
lama makin tidak berkelas, tahu,” untuk tersenyum saja rasanya sangat sulit.
Aku memperhatikan tiket tersebut dan akhirnya bertanya, “Kau juga ikut
menonton, kan?” tanyaku saat melihat bahwa ada 2 tiket yang dibawanya.
“Kalau aku tidak menonton, tiket ini untuk siapa?” dia balik
bertanya.
“Jadi maksudmu teman-temanku tidak ada yang menyukai New Era
selain aku?”
“You’re telling me
that you have friends?” sialan orang ini.
Aku memukul bahunya. “Terima kasih sudah mengingatkanku, ya
aku memang tidak punya teman selain kau dan Tyler, puas?” jawabku.
Daniel tersenyum. “Aku juga tidak ingat memberimu 2 tiket, I just showed it to you, not giving you,”
dia mulai lagi…
Tetapi tiketnya sudah ada di tanganku. “Pick me up at 10, I keep this,” aku mengantungi tiket tersebut. Aku
berjalan masuk ke rumah kembali, namun akhirnya berbalik,
“ You are the best,
Dan,” terima kasih, maksudku.
Aku melihat Daniel tertawa dan dia melambaikan tangan
kepadaku.
*****