Aku tidak akan pernah bisa melupakan kejadian malam itu,
Warna matanya yang hitam kelam…
Rambutnya yang jatuh karena basah air hujan…
Dan pakaiannya yang bersimbah darah.
Dia menatapku dengan matanya itu, menyibakkan rambutnya dan membalikkan badan, enggan melihatku yang terkulai lemas. Senapannya berkilau memantulkan cahaya rembulan yang miris.
Suaranya parau dan dalam,
“ Sekarang kau sudah tahu siapa aku. Aku ini pembunuh paling berbahaya di negara ini. Aku telah membunuh 97 manusia tanpa iba, dan apakah menurutmu aku masih mempunyai kesempatan itu ?”
Kakiku tidak sanggup berdiri dan berlari untuk mengejarnya. Dia meninggalkanku diantara mayat-mayat tidak bergerak ini. Warna genangan air di jalanan berubah merah, percampuran antara air hujan dengan darah mereka yang bercipratan.
Sedangkan aku terkapar di tempat mengenaskan ini, bernapas sendirian.